Kwatrin Memandang Bulan (Indonesian)
~Requiem buat Sapto Rahardjo~
Lelaki bersandal jepit memandang bulan
Bilakah hari memadamkan baranya?
Samudera bergelombang membenamkan setiap kembara
Harapan demi harapan gugur dari rambutnya
Lelaki bersandal jepit mengepit senyap
Bulan beserta malam-malam dihatinya
Kerontang musim mengajak bicara
Nyanyian demi nyanyian menggugurkan senja
Lelaki bersandal jepit merangkai mimpinya
Mimpi melayang seperti burung camar
Menggapai langit menjatuhkan hujan
Hujan runtuh membasahi kemarau
Lelaki bersandal jepit memainkan bonang
Malam hening menggetarkan dawai
Sunyi adalah kembara
Kembara bagi seorang pecinta sejati
Lelaki bersandal jepit merangkai bunga
Bunga potong segar dalam cawan
Ikebana dan sakura, rama-rama dan kupu-kupu
Hidup dan mati berkejaran selalu*
Lelaki bersandal jepit terbaring sendiri
Rumput dan semak bersamanya
Tiada bonang dan bunga dibawanya
Hanya cinta-kasih ada dipeluknya
poem by Imam Setiaji Ronoatmojo
Added by Poetry Lover
Comment! | Vote! | Copy!
Related quotes
Buat Apa
Buat apa uang berlebih
Jika tak dapat menikmati
Buat apa harta yang banyak
Jika keluarga tak dekat
Buat apa menyombongkan diri
Jika bukan usaha sendiri
Buat apa berdoa dan memuji
Jika tak setulus hati
Buat apa kekuasaan besar
Jika tak membela yang benar
Buat apa umur yang panjang
Jika kebahagiaan tak kau rasakan
Buat apa mengejar kejayaan
Jika akhirnya terlupakan
Buat apa bermain-main dengan kata
Jika tak ada sesuatu yang nyata
Buat apa kekuatan dashyat
Jika dendam terus kau ingat
Buat apa menjadi yang terbaik
Jika tak membuatmu menarik
Buat apa mati-matian mengolah raga
Jika kesehatan tak dijaga
Buat apa terus memperluas
Jika diliputi rasa tak puas
Buat apa berteman
Jika untuk mencari keuntungan
Buat apa memberi kesempatan
Jika selalu mencari kesalahan
Buat apa membuat pilihan
Jika dari awal tak pernah ada lain jalan
Buat diliputi kemujuran
Jika tak mendapatkan apa yang diinginkan
poem by Maria Sudibyo
Added by Poetry Lover
Comment! | Vote! | Copy!
Hari Ng Tondo
Kahit sa patalim kumapit
Isang tuka isang kahig
Ang mga kamay na may bahid ng galit
Kasama sa buhay na minana
Isang maling akala na ang taliwas kung minsan ay tama
Ang hari ng tondo, hari ng tondo
Baka mabansagan ka na hari ng tondo
Hari ng tondo, hari ng tondo-ohhh
Baka mabansagan ka na hari ng tondo
[Voice: 'May gatas ka pa sa labi, gusto mo nang mag-hari dito sa Tondo? ']
Minsan sa isang lugar sa Maynila
Maraming nangyayari
Ngunit takot ang dilang
Sabihin ang lahat
Animo'y kagat-kagat
Kahit itago'y 'di mo pwedeng pigilin ang alamat na umusbong
Kahit na madami ang ulupong
At halos hindi iba ang laya sa pagkakulong
Sa kamay ng iilan
Umaabusong kikilan
Ang lahat ng pumalag
Walang tanong
Ay kitilan ng buhay
Hukay, luha'y magpapatunay
Na kahit hindi makulay
Kailangang magbigay-pugay
Sa kung sino mang lamang
Mga bitukang halang
At kung wala kang alam
Ay yumuko ka nalang
Hanggang sa may nagpasya
Na sumalungat sa agos
Wasakin ang mga kadena na siyang gumagapos
Sa kwento na mas astig pa sa bagong-tahi na lonta
Sabay-sabay nating awitin ang tabing na tolda
[ Lyrics from:
Kahit sa patalim kumapit
Isang tuka isang kahig
Ang mga kamay na may bahid ng galit
Kasama sa buhay na minana
Isang maling akala na ang taliwas kung minsan ay tama
Ang hari ng tondo, hari ng tondo
Baka mabansagan ka na hari ng tondo
Hari ng tondo, hari ng tondo-ohhh
Baka mabansagan ka na hari ng tondo
[Voices: 'Sino ang may sabi sa inyo na pumasok kayo sa teritoryo ko? Amin ang lupang ito.' 'Hindi, kay Asiong! ']
[...] Read more
poem by Sirius White
Added by Poetry Lover
Comment! | Vote! | Copy!
Hidupkah Kau
Hidupkah kau untuk mengeluh
Dari terbitnya matahari hingga terbenam
Tentang kehidupan yang tak memuaskan
Dirimu yang selalu menginginkan kenyamanan
Ataukah terbersit sekali dalam pikiranmu
Untuk sejenak sedikit bersyukur
Tentang kehidupan yang masih kau punya saat ini
Bersama dengan harta yang mungkin kau tak sadari
Karena kau sibuk mengeluh
Dan lupa untuk menghargai dan menjaga hal itu
Hidupkah kau untuk meminta
Dari buaian bayi hingga ke liang kubur
Agar dirimu diutamakan
Dan tak juga belajar bersabar
Ataukah terbersit sekali dalam keinginanmu
Untuk berusaha sendiri
Lepas dari belas kasihan orang lain
Agar dirimu tak perlu lagi mengiba
Untuk memperoleh apa yang kau inginkan
Karena kau sibuk meminta
Dan lupa memberi dan memperbaiki hal itu
Hidupkah kau untuk mencela
Dari ujung bumi hingga dasar samudera
Menuding orang melakukan kesalahan
Dan mengangkat tinggi dagumu dengan sombong
Ataukah terbersit sekali dalam hatimu
Untuk sebentar saja bercermin
Memandang kembali segala persoalan
Dengan kepala jernih tanpa prasangka
Karena kau sibuk mencela
Dan lupa untuk belajar dan memahami hal itu
poem by Maria Sudibyo
Added by Poetry Lover
Comment! | Vote! | Copy!
See also quotes about apes
Puisi Sembilan Tabiat Cinta
Sembilan Tabiat Cinta
I.
Musim-musim hampiri cintaku. Padamu tak sempat kutitip rindu. Hujan pergi tinggalkan basah daunan. Aroma kembang menyemerbak ke udara. Tak ada wangi cintaku di sana. Segersang rindu di matamu akan diriku. Dahaga sepi dan nyerinya tertahan di atas sebidang dadaku. Resah bibirmu, terlampau suram kujamah warnanya. Apa kau tak mendengar degup musim menghujam jantung cintaku. Di sana rindu membiru di bibir waktu. Sebiru resahmu.
II.
Aku tulis tabiat cinta ini dengan ingatan terpenggal musim hujan. Terkambang bah di sungai coklat, terapung di selat kecil ditinggalkan para pengumpul pasir. Tak ada sauh tak ada jangkar untuk kulempar biar perahu waktu berhenti. Sebab laju perahu, nyeri gelombang lautan yang menderita di jantungku. Maka kutulis tabiat cinta ini atas nama rasa yang kurasa kesejukannya setiap embun jatuh seperti matamu menatapku.
III.
Aku mencintaimu bukan tanpa perhitungan, meski belum sepenuhnya tepat waktu. Tetapi aku tidak tergesa-gesa. Itulah sebabnya cintaku mengalir tenang. Serupa capung-capung senjahari terbang di atas hamparan padi menguning.
IV.
Cintaku hidup dari udara pagi di lembah-lembah, sawah dan ladang. Berhembus ke samudra mencipta awan. hujan deras adalah kesetiaanku padamu. Kesetiaan musim pada kesejukan. Dan apabila badai dan banjir datang itulah cemburu batinku yang sialan. Apa kau tak merasa ada kehidupan diantara jarak kita memandang?
V.
Kepadamu aku mencari kekuatan hidup dengan segala kesadaran dan fitrah kemanusiaan. Lalu cinta kubangkitkan di dalamnya dengan tangan-tangan api dan air. Hawa panas dan dingin adalah nafasku. Apa kau tak merasa hembusnya kekasih?
VI.
Tak ada kuasa untuk cinta. Jika ketakutan hadir sebab cemburu. Aku bicara dari lubuk bumi. Meski tak ada pohon bicara. Engkaulah maha pendengar kata-kata yang menjelma dedaunan dan reranting subur. Aku tersiksa oleh cinta. Kau tentu tak sudi mengurai air mata, ketika luka batinku menjeritkan nyeri letusan berapi. Tetapi, biarlah lahar panas menyulap rinduku.
VII.
Kita selalu bicara tentang cinta, nestapa, dan impian sejak pertemuan pertama. Meneguk anggur sampai mabuk, hingga kesadaran tunai di persimpangan menuju hidupmu-menemu hidupku. Kita sepakat lupakan segala, madu dan darah kita, lalu kita penuhi dengan air raksa.
VIII.
Cintaku, rasa sakit dari masa lalu, tak terasa oleh nyeri hari ini untuk masa depan.
IX.
Mari kita berdoa satu sama lain.
Yogyakarta,2011-2012
poem by Selendang Sulaiman
Added by Poetry Lover
Comment! | Vote! | Copy!
Menatap lurus matamu (Indonesian)
lalu belajar mengerti dari awal,
membaca kembali ejaan yang tak pernah kau berikan,
karena sebagaimana pengertian dari awalnya
bermula dari keterpaksaan,
penderitaan yang dijalani,
akar tunjang yang membelit tumbuh
di pokok batangnya,
rumput yang tumbuh
di segala musim,
kerelaan yang tumbuh
dari bola matamu,
memperkaitkan sepi pada pengertian,
alam benda-benda yang ada di kerajaan hati,
entah berapa kali aku mengemis padamu,
jangan buatkan sarang laba-laba yang menjebakku,
jadi magsamu,
terpikat masuk ke bola matamu,
terjebak sukma ruhmu,
melewati aliran nadi,
memenuhi hasrat,
pelajaran apalagi ini?
bermula dari kekosongan mengisi setiap rongga jiwa,
penderitaan adalah awal persetubuhan,
persetubuhan yang akan menjadi puing-puing
kenangan dalam matamu,
hendakkah kau buang,
bagi matamu yang penyair,
barangkali akan tinggalkan sebagai kata,
yang kembali dieja dengan apa saja judul puisimu,
tetapi tetap saja persetubuhan kita tak kekal,
hanya kekal dalam matamu dan mataku,
suatu kali kita bangun kerajaan dalam semalam,
aku puaskan membangunkan pualam istana,
cuma dalam matamu,
setelah kekeringan yang punah,
dibakar, apalagi ini?
lalu belajar mengerti kembali…..
(2001)
poem by Imam Setiaji Ronoatmojo
Added by Poetry Lover
Comment! | Vote! | Copy!
Sebuah bom yang meledak bernama sunyi (Indonesian)
: Teungku Abdullah Syafii in memoriam
(1)
Bilakah ini harinya bom yang engkau lemparkan bersama
Butir udara berinteraksi memekatkan cinta
Yang dinamakan kesumat tak akan ada yang
Bisa kuperbuat kecuali
Menikam waktu dan sebuah bom yang
Meledak engkau sebut sunyi,
Dari lukakah mengalirkan darah
Yang engkau sebut cinta yang
Akhirnya menghantarkan
Pada kilatan api dalam ketiadaan,
Ketiadaan Teungku yang menemukan
Aliran darahnya, ketiadaan hamba tanpa sunyi,
Dan engkau lemparkan sunyi, engkau lemparkan
Kepada waktu:
Sebuah bom meledak bernama sunyi
Lalu aku mencatatnya dengan cinta
(2)
Teungku: duka duri semak ada di dadamu, cinta manakah
Yang hendak dikuburkan, aku tepiskan
Tanpa memilih hidup ini akan dikemanakan
Mungkin bersama bayang-bayang hujan lalu
Sunyi ini akan diberikan kepada siapa?
Siapakah pembunuh waktu yang tak mengerti:
Luka ini berasal juga dari Cinta
Cinta berasal muasal dari duka keabadian
Mungkin kita ini bangsa yang lupa
Bahwa bendera kita bukanlah kemenangan
Tetapi kekalahan berkepanjangan
Sebagai hamba Duli Paduka, cinta manakah?
Bagai berondongan pertanyaan ini menyergap
Dan Teungku: dekaplah damai keabadianMu
(3)
Duka sergap kematian ini semakin lekat, bila moncong menganga
Selalu berarah kepadamu, kenangan apakah
Jejak bayang-bayang hujan terlalu samar
Untuk siapakah engkau kirim kegelisahan ini
Senyap rerumputan memagut lelapmu
Sungai berdiri diam bisu
Menorehkan sederet kebahagiaan
Lewat peluru, mesiu dan bayang-bayang
Mawar, cinta dan kematian
Tak ada yang lebih menarik lagi
Tak ada yang lebih menarik lagi
[...] Read more
poem by Imam Setiaji Ronoatmojo
Added by Poetry Lover
Comment! | Vote! | Copy!
You Alone Are The Beginning
You alone are the beginning, the middle, and the end!
You alone, you alone, Sri Hari!
You are the indivisiblebr ahman,
Who even the likes of Brahma cannot fathom
And the misled men search elsewhere!
Millions of suns and moons dwell in your moonlike face,
Where the seeking eyes of men never reach
And just like the darkness,
which loses against the effulgent blaze of the sun
'Neti! Neti! ' the Scriptures vainly preach!
You alone are the beginning, the middle, and the end!
You alone, you alone, Sri Hari!
The Lord of the Earth is the Lord of million million universes
The million million universes are like pores of his skin!
Saguna is a mere guise of Nirguna!
You can shatter the veil of Illusion, once you grasp this Mystery!
You alone are the beginning, the middle, and the end!
You alone, you alone, Sri Hari!
Yet he is not alone, he is not distinct from his creation,
Which is his all-encompassing energy!
Sri Krishna is without the beginning,
Total bliss is his nature and Radha his ravishing beloved!
You alone are the beginning, the middle, and the end!
You alone, you alone, Sri Hari!
None knows the secret of the Vedas,
And hardly few know their essence,
Like Suka, Sanak and the divine minstrel Narada
Who meditate on the Absolutebr ahman!
You alone are the beginning, the middle, and the end!
You alone, you alone, Sri Hari!
The AbsolutePur us hott ama passionately plays as his lovers plead!
And by being his girlfriend, Narsinh relishes the very nectar
The women of Vraj so delightfully revel in!
You alone are the beginning, the middle, and the end!
You alone, you alone, Sri Hari!
poem by Narsinh Mehta
Added by Poetry Lover
Comment! | Vote! | Copy!
Also see the following:
- quotes about beginning
- quotes about Sun
- quotes about Moon
- quotes about energy
- quotes about divine
- quotes about men
- quotes about women
- quotes about nature
- quotes about Earth
Requiem For Evita
(crowd:)
Requiem aeternum dona evita
Requiem aeternum dona evita
Requiem evita, requiem evita
Evita, evita, evita, evita
Grant eternal rest to evita
Grant eternal rest to evita
Rest to evita, rest to evita
Evita, evita, evita, evita
Requiem aeternum dona evita
Requiem aeternum dona evita
Requiem evita, requiem evita
Evita, evita, evita, evita
song performed by Madonna
Added by Lucian Velea
Comment! | Vote! | Copy!
Wajah Pagi di Wajahmu yang Malam Memancar Cahaya Malammu di Wajah Pagi
Sudah berapa banyak angka dari kalender
Merawat nyeri dari luka paragraf soliloqui
Pada bangunan yang dipurbakan
Setiap jeda waktu terteriak di mulutmu
Serupa dengung tawon dalam hutan
Deru suaramu meruwat perjalanan ngilu
Ngilu: Kau ceritakan lagi pagi ini
Seperti pagi yang lalu tanpa ingata
Mungkin di pagi yang lain, insomniamu
Dan kamu akan datang lagi, ceritakan nyeri
Pada kematian di hamparan panggung teater lengang
Lalu tegang di wajahmu
Lalu tenang seolah-olah
Pada bait-bait puisi
Yang kau sesalkan sebelum tidur
Lalu mimpi buruk melumat sesal
Sembunyikan ketakutan di bibirmu
Bibirmu: Cerita ngilu di sebuah pagi
"pada akhirnya batang tubuh berakal ini
menjadi analog-analog kecil dalam satwa
yang kau juga aku mengembunkannya
pada imajinasi untuk sesuap nasi."
Kau diam sebentar, bercakap kecil
Kulihat ke dalam matamu, ada luka
"Luka itu kawan, yang membuat senyum
di kanvas pagi yang ngilu pada ceritaku
selain luka tak ada lagi untuk sebuah cerita
dan kenangan hanya maut yang tak kukenal."
Kata-katamu menetaskan api pagi ini
Sebagaimana aksara di bibir penyair itu
Telah membakar puisi dan mengabu kini
Terhempas ke ladang-ladang petani
Terhimpit map-map plastik di kantor-kantor
Menempel di wajahmu sendiri
Pagi ini, lembut. Legam.
Kau diam kemudian
Sambil menunjuk jari ke tubuh ayam betina
Yang mencari makan sisa angin dan embun segar semalam
Jika hujan tak membawanya pergi
Dan kau tak mencolongnya untuk sepenggal diksi
"Lihatlah ayam betina itu, tenang dan tentram."
Sebab tak punyai kata-kata untuk luka
[...] Read more
poem by Selendang Sulaiman
Added by Poetry Lover
Comment! | Vote! | Copy!
Requiem I - Parody Robert Louis STEVENSON - Requiem
Through the artificial flowers
let me slide when all my powers
have passed as pass man’s mortal hours,
and let me burn.
Spurn graven verses for my head,
spade not the body laid, instead,
as I’ll no longer look ahead
book me no urn.
© Jonathan Robin – written 2 December 1995 Parody Robert Louis STEVENSON - Requiem for alternative version see below
robi03_0795_stev02_0001 PXX_DIZ
Requiem II
From life's dark, unwholesome cage
where love frets, siege raised in rage,
set free who sad lived, glad the page
turns uniting night to day.
Crave no rave elegy to test
verse prowess, - without protest
here actor lies in heart arrest
retractions over his clay.
© Jonathan Robin – written 2 December 1995 Parody Robert Louis STEVENSON - Requiem revised 25 December 2009
robi03_0796_stev02_0001 PXX_DIZ
for previous version see below
Requiem II
In a dark, unwholesome cage
let me fret and seethe in rage,
sadly I’ve lived and glad the page
turns uniting night and day.
Rave no crude elegy to test
verse prowess, - without protest
here lies life’s actor under arrest
with a tractor over his clay.
© Jonathan Robin – Parody written 2 December 1995 Parody Robert Louis STEVENSON - Requiem
Requiem
Under the wide and starry sky
Dig the grave and let me lie:
Glad did I live and gladly die
And I laid me down with a will.
[...] Read more
poem by Jonathan Robin
Added by Poetry Lover
Comment! | Vote! | Copy!
Also see the following:
- quotes about tomb
- quotes about actors
- quotes about life
- quotes about time
- quotes about lies
- quotes about home
- quotes about sky
- quotes about school
- quotes about hours
pantun - benih di usik ayer dan cahaya (translated into English)
benih di usik ayer dan cahaya
satu hari dua hari tumbuh berdiri
anak di didik cara hidup bahagia
satu hari nanti pandai berdikari
benih di usik ayer dan cahaya
satu hari dua hari tumbuh berdiri
anak di didik cara hidup bahagia
satu tahun dua tahun pandai berdikari
the seed touched by water and light
one or two days it stands up
the son taught how to live happily
one or two years soon learn to become independent
poem by John Tiong Chunghoo
Added by Poetry Lover
Comment! | Vote! | Copy!
See more quotes about independence, or quotes about water
Dalam Rindu
Bersamamu
Lalui hari-hari itu
Arungi lautan waktu
Dalam lagu
Dan cintaku
Sepertinya takkan layu
Bila kau tetap di hatiku
Dalam rindu
Kasihku
Kuingin sedikit kau tahu
Betapa berharga dirimu
Dalam hidupku
Tapiku
Tak ingin selalu menunggu
Gelisah dan tak menentu
Dalam ragu
Bersamamu
Meski kadang terasa pilu
Bagai tertusuk sembilu
Jiwaku sendu
Dan cintaku
Kuatkan raga dan jiwaku
Hadapi hari kelabu
Hujan dan salju
Kasihku
Coba kau dengarkan aku
Jangan terus hindariku
Lihat diriku
Karna ku
Tak ingin selalu terpaku
Hanya diam dan mengadu
Dalam kalbu
Akankah
Kau hapus semua gundah
Bagaikan sebuah anugerah
Ataukah itu hanya kata-kata indah
Kasihku
Kuingin sedikit kau tahu
Betapa berharga dirimu
Dalam hidupku
[...] Read more
poem by Maria Sudibyo
Added by Poetry Lover
Comment! | Vote! | Copy!
Amirul Khirana
Amirul Khirana
Amirul khirana,
wajahmu bersih ibarat kain putih
matamu....
sinarnya menyejuk hati yang gelora
hidung mancungmu menyimpan rahsia wujudmu
Amirul Khirana,
duduknya kau disitu....
ibarat petanda akan lahirnya
seorang wira,
seorang penyelamat bangsa
dan
seorang pencinta abadi
Amirul Khirana
hatimu selembut sutera
hatimu putih!
seputih salju pagi
Amirul Khirana
jauhilah dirimu dari api noda dunia
Amirul Khirana
Bataslah dirimu dari godaan syaitan durjana
Amirul Khirana
jagalah dirimu
lindungilah wujudmu
lindungilah duniamu
Supaya, kau tetap suci
supaya tiada setitispun lumpur dunia yang bisa
mengotori jiwa murnimu
Amirul Khirana
kau harapan
kau impian
Biarkan hanya kata-kata suci bermakna lahir dari bibir munggilmu
biarkan kemewahan dunia pergi kerna itu
bukan abadi
Amirul Khirana
poem by Qistina Zaini
Added by Poetry Lover
Comment! | Vote! | Copy!
Hyperlink (Deep Down)
i want a click, a click to your heart
a hyperlink into you.
a sexual browser from here to the end
a newsgroup one on one
don't need a modem to connect to your mind
no search engine to find you
i want a click, a click to your heart
a hyperlink to go inside you.
deep down, deep down,
dari dara dada du dara.
deep down, deep down,
dari da da.
deep down, deep down,
dari dara dada du dara.
deep down, deep down,
dari da da.
song performed by Eiffel 65
Added by Lucian Velea
Comment! | Vote! | Copy!
See more quotes about engines, quotes about sex, quotes about heart, or quotes about intellect
Amlapura
Hey, hey, ada kapal layar
Menuju jawa
Dari jalan ke jawa jaga-jaga,
Jika ada orang bugis
Hey, hey, ini mimpi
Kukan bakarmu jika kau harus pergi
Hey, hey, kubakan
Maka diriku
Jika kau baring di balai bambu
Kumimpi tentang amlapura
Tak pernah kulihat permata seindah ini
Kumimpi tentang amlapura
Lautan atau mimpi
Tentang patung putri
Hey, hey, patung raja,
Dikalungi mawar emas
Hey, hey, kanak-kanak, tewas di tempat
Oleh bedil-belanda
Dari kapal letaknya
Kumimpi tentang amlapura
Tak pernah kulihat permata seindah ini
Kumimpi tentang amlapura
Lautan atau mimpi
Tentang patung putri
Kumimpi tentang amlapura
Tentang patung putri
Hey, hey, ada kapal layar
Kumimpi tentang amlapura
Atas deknya dan kapal tempatnya
Dari jalan ke jawa
Dari jalan ke jawa....
song performed by David Bowie
Added by Lucian Velea
Comment! | Vote! | Copy!
Pagkamoot ki Seminarista
Kang ako malaog palang sa seminaryo
Ako nagduwa-duwa sa inot
Ta ang tentasyon wala-too
Alagad ang pagtubod dayupot
Asin sakuyang namidbidan
Si sarong babae na grabe sa gayon
Madali ko na kutang malingawan
Su seminaryong mawoton
Ining sarong magayonon na babae
Naparani sa puso kong grabe
Alagad dai ko kayang talikdan
Ang pagpadi na sakuyang pangapodan
Pero dai ko kayang bayaan
Ang pagkamoot ko saiyang tunay
Maray ngani ta yaon si “sir nuarin” na barkadang tunay
Pigpasabot sako na ako kaipuhan kang simbahan
Mag-abot amg bulan kang desyembre
Ako dapat nang magpili: si bokasyon o si babae?
Rinigalohan ko siya ki alarm clock ta siya priming late sa klase
Ang regalo niya man sako pagkamooy na grabe
Nakaagi na ang malipoton na pasko
Alagad nag-init ta siya ang nasa isip ko
Pero dai man giraray nawara sako
Si pangapodan na maglaog sa seminaryo
Pag-abot kang pebrero
Bulang nin mga puso
Nagkaigwa ki valentine’s ball
Duman sa samong school
Kan bulan na ito naging kami ni babae
Alagad puon kaito, nagbaha sa bilog na legazpi
Sarong semanang labi-labi ang uran
Ang samuyang pagkaminootan kaipuhan nang wakasan
Nagiromdoman ko, bago niya ako binayaan
Ako Saiyang sinabihan
Na ako dapat magpadi
Ta siya man daa ma-madre
Grabeng kulog ang sakuyang namatian
Ta su babaeng sakuyang namotan
Asin nagi nang rason kan sakuyang buhay
Mawawara nang paluway-luway
[...] Read more
poem by Jeric 'savio' Batas
Added by Poetry Lover
Comment! | Vote! | Copy!
See more quotes about billiards
Requiem II - Parody Robert Louis STEVENSON - Requiem
Requiem II
From life's dark, unwholesome cage
where love frets, siege raised in rage,
set free who sad lived, glad the page
turns uniting night to day.
Crave no rave elegy to test
verse prowess, - without protest
here actor lies in heart arrest
retractions over his clay.
revised 25 December 2009
robi03_0796_stev02_0001 PXX_DIZ
for previous version see below
Requiem II
In a dark, unwholesome cage
let me fret and seethe in rage,
sadly I’ve lived and glad the page
turns uniting night and day.
Rave no crude elegy to test
verse prowess, - without protest
here lies life’s actor under arrest
with a tractor over his clay.
Requiem I
Through the artificial flowers
let me slide when all my powers
have passed as pass man’s mortal hours,
and let me burn.
Spurn graven verses for my head,
spade not the body laid, instead,
as I’ll no longer look ahead
book me no urn.
© Jonathan Robin – Parody written 2 December 1995 Parody Robert Louis STEVENSON - Requiem
Requiem
Under the wide and starry sky
Dig the grave and let me lie:
Glad did I live and gladly die
[...] Read more
poem by Jonathan Robin
Added by Poetry Lover
Comment! | Vote! | Copy!
See more quotes about books
Ode to family
Ode to My Family *)
Anakmu menangis
Anakmu mengejang
'Ibu...Ibu jangan tinggalkan aku'
sedang kau bermain pingpong
dengan bapak di kamar tamu
Bola di-smash, bola meluncur
masuk belah dadamu. Ah kau mengerang tersentuh puting.
Bapak tertawa, kau menyebut nama anak.
Tapi anakmu meradang, anakmu menendang botol susu bukan girang
Mata bapak melotot, saat beha kau tarik, ternyata ada bola sebundar payudara.
Dan anakmu memandang tegang pada maut bersayap putih datang tak diundang.
Anakmu takut merapatkan jemari, mengigil badan tak berpeluk. Diam.
Lalu bapak mengangkat di meja persegi. Kau meneteki, tapi mulut kaku.
Kau takut pada mata serupa bola pingpong. Mencungkil. Menelan buat jamu kuat.
Lalu menyalib di dinding kamar
Permainan belum selesai,
sedang anakmu menjadi wasit
Bekasi,20042009
*) judul dari lagu ciptaan 'Cranberries'
poem by Fitrah Anugrah
Added by Poetry Lover
Comment! | Vote! | Copy!
See more quotes about family
Laut Di Tengah Keajaiban Musim Dingin
Meski angin bertiup kencang dan air laut mengamuk dashyat
Esok hari adalah suatu hari yang baru
Kau akan mengalirkannya
Meski dipisahkan oleh angin yang bertiup kencang
maupun ombak yang besar
Itulah pelosok pulau tempat orang yang kita cintai menunggu
Kau akan mengalirkannya
Ke hatimu
Nun jauh di balik bayang-bayang pulau
Di tengah laut yang arusnya deras
Burung putih akan membawa kembali arwah kekasih yang telah tiada
Membawa kembali
Suatu hari akan jatuh cinta pada seseorang
Meski ombak di laut ganas diterpa tiupan angin
Mencintai seseorang
Bukalah hatimu sekali lagi
Meski awan di langit jauh dari jangkauan
Kalau hati terbang jauh, cinta pun akan datang menjemput
Perasaan di dalam hati itu
Pasti akan sampai di pangkuanmu
Meski jaraknya jauh sekalipun
poem by Maria Sudibyo
Added by Poetry Lover
Comment! | Vote! | Copy!
Hari Ng Musika (edited)
Oh, Hari ng musika
anong kapangyarihan meron ka
at tila nababasa mo
ang laman ng aking dibdib.
Oh, Hari ng musika
anong kapangyarihan meron ka
at iyong musika
ay tila gamot
sa aking kalungkutan.
Oh, Hari ng musika
anong kapangyarihan meron ka
at iyong musika
ay tila isang kamay
na nagtutulak sa akin
sa pangarap.
Oh, Hari ng musika
sa iyo ay aking hiling
na sana
sa iyong musika'y ituro
sa aking mahal ang daan
pabalik sa akin.
poem by Marites C. Cayetano
Added by Poetry Lover
Comment! | Vote! | Copy!