pantun - benih di usik ayer dan cahaya (translated into English)
benih di usik ayer dan cahaya
satu hari dua hari tumbuh berdiri
anak di didik cara hidup bahagia
satu hari nanti pandai berdikari
benih di usik ayer dan cahaya
satu hari dua hari tumbuh berdiri
anak di didik cara hidup bahagia
satu tahun dua tahun pandai berdikari
the seed touched by water and light
one or two days it stands up
the son taught how to live happily
one or two years soon learn to become independent
poem by John Tiong Chunghoo
Added by Poetry Lover
Comment! | Vote! | Copy!
See quotes about independence, quotes about time, quotes about water, or quotes about life
Related quotes
Hari Ng Tondo
Kahit sa patalim kumapit
Isang tuka isang kahig
Ang mga kamay na may bahid ng galit
Kasama sa buhay na minana
Isang maling akala na ang taliwas kung minsan ay tama
Ang hari ng tondo, hari ng tondo
Baka mabansagan ka na hari ng tondo
Hari ng tondo, hari ng tondo-ohhh
Baka mabansagan ka na hari ng tondo
[Voice: 'May gatas ka pa sa labi, gusto mo nang mag-hari dito sa Tondo? ']
Minsan sa isang lugar sa Maynila
Maraming nangyayari
Ngunit takot ang dilang
Sabihin ang lahat
Animo'y kagat-kagat
Kahit itago'y 'di mo pwedeng pigilin ang alamat na umusbong
Kahit na madami ang ulupong
At halos hindi iba ang laya sa pagkakulong
Sa kamay ng iilan
Umaabusong kikilan
Ang lahat ng pumalag
Walang tanong
Ay kitilan ng buhay
Hukay, luha'y magpapatunay
Na kahit hindi makulay
Kailangang magbigay-pugay
Sa kung sino mang lamang
Mga bitukang halang
At kung wala kang alam
Ay yumuko ka nalang
Hanggang sa may nagpasya
Na sumalungat sa agos
Wasakin ang mga kadena na siyang gumagapos
Sa kwento na mas astig pa sa bagong-tahi na lonta
Sabay-sabay nating awitin ang tabing na tolda
[ Lyrics from:
Kahit sa patalim kumapit
Isang tuka isang kahig
Ang mga kamay na may bahid ng galit
Kasama sa buhay na minana
Isang maling akala na ang taliwas kung minsan ay tama
Ang hari ng tondo, hari ng tondo
Baka mabansagan ka na hari ng tondo
Hari ng tondo, hari ng tondo-ohhh
Baka mabansagan ka na hari ng tondo
[Voices: 'Sino ang may sabi sa inyo na pumasok kayo sa teritoryo ko? Amin ang lupang ito.' 'Hindi, kay Asiong! ']
[...] Read more
poem by Sirius White
Added by Poetry Lover
Comment! | Vote! | Copy!
See also quotes about voice
Piedra de Sol
La treizième revient...c’est encor la première;
et c’est toujours la seule-ou c’est le seul moment;
car es-tu reine, ô toi, la première ou dernière?
es-tu roi, toi le seul ou le dernier amant?
Gérard de Nerval, Arthèmis
Un sauce de cristal, un chopo de agua,
un alto surtidor que el viento arquea,
un árbol bien plantado mas danzante,
un caminar de río que se curva,
avanza, retrocede, da un rodeo
y llega siempre:
un caminar tranquilo
de estrella o primavera sin premura,
agua que con los párpados cerrados
mana toda la noche profecías,
unánime presencia en oleaje,
ola tras ola hasta cubrirlo todo,
verde soberanía sin ocaso
como el deslumbramiento de las alas
cuando se abren en mitad del cielo,
un caminar entre las espesuras
de los días futuros y el aciago
fulgor de la desdicha como un ave
petrificando el bosque con su canto
y las felicidades inminentes
entre las ramas que se desvanecen,
horas de luz que pican ya los pájaros,
presagios que se escapan de la mano,
una presencia como un canto súbito,
como el viento cantando en el incendio,
una mirada que sostiene en vilo
al mundo con sus mares y sus montes,
cuerpo de luz filtrado por un ágata,
piernas de luz, vientre de luz, bahías,
roca solar, cuerpo color de nube,
color de día rápido que salta,
la hora centellea y tiene cuerpo,
el mundo ya es visible por tu cuerpo,
es transparente por tu transparencia,
voy entre galerías de sonidos,
fluyo entre las presencias resonantes,
voy por las transparencias como un ciego,
un reflejo me borra, nazco en otro,
oh bosque de pilares encantados,
bajo los arcos de la luz penetro
los corredores de un otoño diáfano,
voy por tu cuerpo como por el mundo,
[...] Read more
poem by Octavio Paz
Added by Poetry Lover
Comment! | Vote! | Copy!
See more quotes about rodeo, or quotes about colors
Puisi Sembilan Tabiat Cinta
Sembilan Tabiat Cinta
I.
Musim-musim hampiri cintaku. Padamu tak sempat kutitip rindu. Hujan pergi tinggalkan basah daunan. Aroma kembang menyemerbak ke udara. Tak ada wangi cintaku di sana. Segersang rindu di matamu akan diriku. Dahaga sepi dan nyerinya tertahan di atas sebidang dadaku. Resah bibirmu, terlampau suram kujamah warnanya. Apa kau tak mendengar degup musim menghujam jantung cintaku. Di sana rindu membiru di bibir waktu. Sebiru resahmu.
II.
Aku tulis tabiat cinta ini dengan ingatan terpenggal musim hujan. Terkambang bah di sungai coklat, terapung di selat kecil ditinggalkan para pengumpul pasir. Tak ada sauh tak ada jangkar untuk kulempar biar perahu waktu berhenti. Sebab laju perahu, nyeri gelombang lautan yang menderita di jantungku. Maka kutulis tabiat cinta ini atas nama rasa yang kurasa kesejukannya setiap embun jatuh seperti matamu menatapku.
III.
Aku mencintaimu bukan tanpa perhitungan, meski belum sepenuhnya tepat waktu. Tetapi aku tidak tergesa-gesa. Itulah sebabnya cintaku mengalir tenang. Serupa capung-capung senjahari terbang di atas hamparan padi menguning.
IV.
Cintaku hidup dari udara pagi di lembah-lembah, sawah dan ladang. Berhembus ke samudra mencipta awan. hujan deras adalah kesetiaanku padamu. Kesetiaan musim pada kesejukan. Dan apabila badai dan banjir datang itulah cemburu batinku yang sialan. Apa kau tak merasa ada kehidupan diantara jarak kita memandang?
V.
Kepadamu aku mencari kekuatan hidup dengan segala kesadaran dan fitrah kemanusiaan. Lalu cinta kubangkitkan di dalamnya dengan tangan-tangan api dan air. Hawa panas dan dingin adalah nafasku. Apa kau tak merasa hembusnya kekasih?
VI.
Tak ada kuasa untuk cinta. Jika ketakutan hadir sebab cemburu. Aku bicara dari lubuk bumi. Meski tak ada pohon bicara. Engkaulah maha pendengar kata-kata yang menjelma dedaunan dan reranting subur. Aku tersiksa oleh cinta. Kau tentu tak sudi mengurai air mata, ketika luka batinku menjeritkan nyeri letusan berapi. Tetapi, biarlah lahar panas menyulap rinduku.
VII.
Kita selalu bicara tentang cinta, nestapa, dan impian sejak pertemuan pertama. Meneguk anggur sampai mabuk, hingga kesadaran tunai di persimpangan menuju hidupmu-menemu hidupku. Kita sepakat lupakan segala, madu dan darah kita, lalu kita penuhi dengan air raksa.
VIII.
Cintaku, rasa sakit dari masa lalu, tak terasa oleh nyeri hari ini untuk masa depan.
IX.
Mari kita berdoa satu sama lain.
Yogyakarta,2011-2012
poem by Selendang Sulaiman
Added by Poetry Lover
Comment! | Vote! | Copy!
The Feast
Mari kita memulai kisah
Tentang sang raja dan sang singa
Anak manusia dan penguasa rimba
Dari padang rumput mereka terlahir
Dengan kebanggaan dan harapan
Dengan bahaya dan cobaan
Jauh, jauhkan dahulu kedengkian itu
Kita buka dengan babak penuh kedamaian
Menghisap embun pagi yang sama
Menatap dunia baru dengan mata terbuka
Alangkah manis pemandangan mereka yang tak berdosa
Lalu perjumpaan sederhana di tepi kolam
Di mana surga dan neraka amatlah tipis bedanya
Tempat kau mengangkat taring untuk musuh
Atau mencakar lembut tangan sahabat
Bermain bersama di sela-sela semak
Berguling penuh debu di bawah sinar matahari terik
Sungguhkah mereka akan menjadi raja dan singa
Tubuh yang tumbuh menjadi sempurna
Pikiran yang terjalin menjadi pemahaman
Gerbang kedewasaan mengantar mereka pada perpisahan
Peraturan istana dan insting liar
Demi kekuasaan dan harga diri
Mereka tidak berpisah dengan air mata
Karena mereka diajari untuk tidak menangis
Mereka berpisah dengan darah
Tradisi dan perburuan
Pembantaian dan penghinaan
Sang singa mengaum dengan keras
Dengan surainya yang kini lebat terurai
Sementara sang raja terpencil
Di tahtanya yang dingin dan sorak sorai penonton
Mereka merindukan masa-masa itu
Masa saat mereka bertatapan tanpa penuh kebencian
Dan bilamana bulu keemasan itu tiba di pangkuan sang raja
Sang raja menandai pemerintahannya
Dan sang singa mati demi sahabatnya
Ini bukanlah cerita yang perlu diratapi
Baik sang raja maupun sang singa
poem by Maria Sudibyo
Added by Poetry Lover
Comment! | Vote! | Copy!
See more quotes about lies
Punch Up At 'Dart Man's Aim
Fifteen stone and just five foot eight
And yet he doesn't seem overweight
Deep, deep chest and shoulders wide
The strongest in this countryside.
He's the mighty Dan the frog
From the house beside the bog
Swarthy looking with raven hair
A happy man without a care.
He's no plans to take a wife
As he prefers the single life
And he's still a young man anyway
Just twenty five on his last birthday
Froggy is his dad's nickname
And that's from where the name frog came
But his nickname of frog he doesn't appreciate
In fact the word called frog he's grown to hate.
Fastest man for miles around
To part with the green back pound
In him you'll find nothing cheap
Money he can't seem to keep.
He's a happy sort of bloke
Happy even when he's broke
He's got the right mentality
Never down, always carefree.
Likes his guinness doesn't like beer
Drinks his liquor with good cheer,
Whiskey makes the man walk tall
And he likes whiskey best of all.
He is merciful though strong
And without good reason won't do wrong
But do him wrong and he will fight
And with his fists he'll put things right.
He'd prefer to crack your jaw
Than chastise you with the law
Solves his problems like a man
That's the way it is with Dan.
And though when need arise he can be hard
Dan the frog is no blaghguard
But his type you don't kick around
As men like him do not yield ground
[...] Read more
poem by Francis Duggan
Added by Poetry Lover
Comment! | Vote! | Copy!
Also see the following:
- quotes about dogs
- quotes about beer
- quotes about men
- quotes about strength
- quotes about youth
- quotes about boys
- quotes about blood
- quotes about luck
- quotes about drawing
Dalam Rindu
Bersamamu
Lalui hari-hari itu
Arungi lautan waktu
Dalam lagu
Dan cintaku
Sepertinya takkan layu
Bila kau tetap di hatiku
Dalam rindu
Kasihku
Kuingin sedikit kau tahu
Betapa berharga dirimu
Dalam hidupku
Tapiku
Tak ingin selalu menunggu
Gelisah dan tak menentu
Dalam ragu
Bersamamu
Meski kadang terasa pilu
Bagai tertusuk sembilu
Jiwaku sendu
Dan cintaku
Kuatkan raga dan jiwaku
Hadapi hari kelabu
Hujan dan salju
Kasihku
Coba kau dengarkan aku
Jangan terus hindariku
Lihat diriku
Karna ku
Tak ingin selalu terpaku
Hanya diam dan mengadu
Dalam kalbu
Akankah
Kau hapus semua gundah
Bagaikan sebuah anugerah
Ataukah itu hanya kata-kata indah
Kasihku
Kuingin sedikit kau tahu
Betapa berharga dirimu
Dalam hidupku
[...] Read more
poem by Maria Sudibyo
Added by Poetry Lover
Comment! | Vote! | Copy!
Terbang
Terbang lepas
Terbang bebas
Bila masih kulihat cahaya
Terpancar di depan sana
Aku kan segera
Bangkit dan membawa
Semua harapan di dada
Bila satu patah kata
Yang kutunggu tlah tiba
Aku kan segera
Meluncur bersama
Mimpi yang luar biasa
Terbang lepas
Terbang bebas
Jauh
Dan melayang
Di langit luas
Jauh
Kan kulihat semua
Dunia yang sangat indah
Kan kuingat dirinya
Dia sangat kucinta
Bila nanti langkahku terhenti
Kau tinggalkan ku sendiri
Aku takkan goyah
Tak pernah menyerah
Karena hidup belum berakhir
Dan ku kan
Terbang lepas
Terbang bebas
Jauh
Dan melayang
Di langit luas
Jauh
Kan kulihat semua
Dunia yang sangat indah
Kan kuingat dirinya
Dia sangat kucinta
Oh, terbang lepas
Terbang bebas
poem by Maria Sudibyo
Added by Poetry Lover
Comment! | Vote! | Copy!
The Tearful Tale Of Captain Dan
A sinner was old Captain Dan;
His wives guv him no rest:
He had one wife to East Skiddaw
And one to Skiddaw West.
Now Ann Eliza was the name
Of her at East Skiddaw;
She was the most cantankerous
Female you ever saw.
I don’t know but one crosser-grained,
And of this Captain Dan
She was the wife at Skiddaw West—
She was Eliza Ann.
Well, this old skeesicks, Captain Dan,
He owned a ferryboat;
From East Skiddaw to Skiddaw West
That vessel used to float.
She was as trim a ferry-craft
As ever I did see,
And on each end a p’inted bow
And pilothouse had she.
She had two bows that way, so when
She went acrost the sound
She could, to oncet, run back ag’in
Without a-turnin’ round.
Now Captain Dan he sailed that boat
For nigh on twenty year
Acrost that sound and back ag’in,
Like I have stated here.
And never oncet in all them years
Had Ann Eliza guessed
That Dan he had another wife
So nigh as Skiddaw West.
Likewise, Eliza Ann was blind,
Howas she never saw
As Dan he had another wife
Acrost to East Skiddaw.
The way he fooled them female wives
Was by a simple plan
That come into the artful brain
Of that there Captain Dan.
[...] Read more
poem by Ellis Parker Butler
Added by Poetry Lover
Comment! | Vote! | Copy!
Also see the following:
- quotes about screams
- quotes about women
- quotes about myth
- quotes about humor
- quotes about sound
- quotes about frost
- quotes about cleaning
- quotes about death
Countrymen Ballad
mengadu nasib di negeri sendiri
tak punya uang jadi masalah
punya uang jadi omongan
jadi kuli atau tukang pulung
yang penting kenyang dan halal
terlilit utang sudah biasa
ketiban malang masih untung juga
sungguh enak di negeri sendiri
tidur nyenyak di mana saja
asal pandai cari situasi
biar kata orang rusuh
yang penting hidup dan bahagia
diinjak orang sudah biasa
ketimpuk batu selamat juga
hari ini kita berjaya
esok serahkan pada-Nya
poem by Maria Sudibyo
Added by Poetry Lover
Comment! | Vote! | Copy!
See more quotes about apes
Wajah Pagi di Wajahmu yang Malam Memancar Cahaya Malammu di Wajah Pagi
Sudah berapa banyak angka dari kalender
Merawat nyeri dari luka paragraf soliloqui
Pada bangunan yang dipurbakan
Setiap jeda waktu terteriak di mulutmu
Serupa dengung tawon dalam hutan
Deru suaramu meruwat perjalanan ngilu
Ngilu: Kau ceritakan lagi pagi ini
Seperti pagi yang lalu tanpa ingata
Mungkin di pagi yang lain, insomniamu
Dan kamu akan datang lagi, ceritakan nyeri
Pada kematian di hamparan panggung teater lengang
Lalu tegang di wajahmu
Lalu tenang seolah-olah
Pada bait-bait puisi
Yang kau sesalkan sebelum tidur
Lalu mimpi buruk melumat sesal
Sembunyikan ketakutan di bibirmu
Bibirmu: Cerita ngilu di sebuah pagi
"pada akhirnya batang tubuh berakal ini
menjadi analog-analog kecil dalam satwa
yang kau juga aku mengembunkannya
pada imajinasi untuk sesuap nasi."
Kau diam sebentar, bercakap kecil
Kulihat ke dalam matamu, ada luka
"Luka itu kawan, yang membuat senyum
di kanvas pagi yang ngilu pada ceritaku
selain luka tak ada lagi untuk sebuah cerita
dan kenangan hanya maut yang tak kukenal."
Kata-katamu menetaskan api pagi ini
Sebagaimana aksara di bibir penyair itu
Telah membakar puisi dan mengabu kini
Terhempas ke ladang-ladang petani
Terhimpit map-map plastik di kantor-kantor
Menempel di wajahmu sendiri
Pagi ini, lembut. Legam.
Kau diam kemudian
Sambil menunjuk jari ke tubuh ayam betina
Yang mencari makan sisa angin dan embun segar semalam
Jika hujan tak membawanya pergi
Dan kau tak mencolongnya untuk sepenggal diksi
"Lihatlah ayam betina itu, tenang dan tentram."
Sebab tak punyai kata-kata untuk luka
[...] Read more
poem by Selendang Sulaiman
Added by Poetry Lover
Comment! | Vote! | Copy!
Warna Cinta
Kini
Aku terdiam terhenti
Tenggelam di dalam sepi
Dan ku bermimpi
Nanti
Pasti kudapat kembali
Pengganti yang telah pergi
Dan ku mengerti
Meski kubuang semua
Segala rasa di dada
Semakin tertinggal hampa
Yang menekan jiwa
Meski kututup semua
Kenangan tersisa
Semakin ku lupa cara
Bahagia
Suatu hari
Siapapun yang kunanti
Kan membawaku pergi
Hapuskan pedih
Meski tak selamanya mudah
Tapi layak dicoba
Karena ku butuh cinta
Tuk penuhi jiwa
Meski kau bilang ku buta
Dan ku kan terluka
Tapi itu pun warna
Dunia
poem by Maria Sudibyo
Added by Poetry Lover
Comment! | Vote! | Copy!
Cahaya Dewa (the goddess light)
Dia cahaya dewaku..
Cahaya Hidupku..
Cahaya Jiwaku..
Menyinari aku..
Jiwaku..cintaku
Aku,
Aku
diam...
aku.
Sunyi...
Diam tanpa dia,
Sunyi tanpa hadirnya
Kerna dia...
Cahaya dewaku..cahaya hatiku
Dia mentari yang menyinar dalam gelita malamku
Dia, Surya yang bercahaya dalam sunyi hariku
Membawa pergi hatiku...
Membawa pergi jiwaku
Pergi jauh,
Jauh kealamnya
Alamnya..
Alamnya...
Yang tiada jalan kembali
Yang ada Cuma gerbang masuk
Tanpa kembali
Apa...
Apa aku harus kesana?
Mengambil semula hatiku
Jiwaku...
Cintaku..
Apa aku sanggup?
poem by Qistina Zaini
Added by Poetry Lover
Comment! | Vote! | Copy!
Sebuah bom yang meledak bernama sunyi (Indonesian)
: Teungku Abdullah Syafii in memoriam
(1)
Bilakah ini harinya bom yang engkau lemparkan bersama
Butir udara berinteraksi memekatkan cinta
Yang dinamakan kesumat tak akan ada yang
Bisa kuperbuat kecuali
Menikam waktu dan sebuah bom yang
Meledak engkau sebut sunyi,
Dari lukakah mengalirkan darah
Yang engkau sebut cinta yang
Akhirnya menghantarkan
Pada kilatan api dalam ketiadaan,
Ketiadaan Teungku yang menemukan
Aliran darahnya, ketiadaan hamba tanpa sunyi,
Dan engkau lemparkan sunyi, engkau lemparkan
Kepada waktu:
Sebuah bom meledak bernama sunyi
Lalu aku mencatatnya dengan cinta
(2)
Teungku: duka duri semak ada di dadamu, cinta manakah
Yang hendak dikuburkan, aku tepiskan
Tanpa memilih hidup ini akan dikemanakan
Mungkin bersama bayang-bayang hujan lalu
Sunyi ini akan diberikan kepada siapa?
Siapakah pembunuh waktu yang tak mengerti:
Luka ini berasal juga dari Cinta
Cinta berasal muasal dari duka keabadian
Mungkin kita ini bangsa yang lupa
Bahwa bendera kita bukanlah kemenangan
Tetapi kekalahan berkepanjangan
Sebagai hamba Duli Paduka, cinta manakah?
Bagai berondongan pertanyaan ini menyergap
Dan Teungku: dekaplah damai keabadianMu
(3)
Duka sergap kematian ini semakin lekat, bila moncong menganga
Selalu berarah kepadamu, kenangan apakah
Jejak bayang-bayang hujan terlalu samar
Untuk siapakah engkau kirim kegelisahan ini
Senyap rerumputan memagut lelapmu
Sungai berdiri diam bisu
Menorehkan sederet kebahagiaan
Lewat peluru, mesiu dan bayang-bayang
Mawar, cinta dan kematian
Tak ada yang lebih menarik lagi
Tak ada yang lebih menarik lagi
[...] Read more
poem by Imam Setiaji Ronoatmojo
Added by Poetry Lover
Comment! | Vote! | Copy!
Ang Aming Magulang
Sa isang mag-anak ay meron pa kaya
Na sa ama't ina'y higit pang dakila
Na kahit sa angkang mahirap nagmula
Ang para sa anak, lahat ay ginawa
Sa paaralan ay di man nakatuntong
Mataas na aral di man nagkaroon
Binigyan ang anak ng pagkakataon
Na sa kahirapan ay mangakaahon
Di man napatira sa bahay na mansion
Ng malaking yaman di man nakaipon
Ang yaman nila ay sa anak naroon
Wala sa salapi kundi edukasyon
Ang amin pong ina ay tubong Montalban
At ang aming ama'y San Mateo naman
Ng anim na anak ay biniyayaan
Hanggang sa lumaki'y pawang ginabayan
Sa tamang ugali sila ay hinubog
Marunong magtiis kahit kinakapos
Mga pinalaki na mayroong takot
Sa batas ng tao at batas ng Diyos
Nang ako'y bata pa, natatandaan ko
Ang aming almusal lamang ay kung ano
Pan de sal na simple at walang palaman
Kapeng walang gatas lamang ang kasabay
Kung bakit gano'n lang, di dapat pagtakhan
Ay sadyang matipid ang aming magulang
Di ubos-biyaya kung may tinago man
Ang bukas ang laging pinaghahandaan
At tanda ko pa rin na kapag Deciembre
Sa Divisoria na sila'y namimili
Ng tela, damit at iba pang kalakal
Upang ipamalit ng tag-aning palay
Kaya laging puno yaong aming bangan
May pambentang bigas at panglaman sa tiyan
Hindi man marangya ang hapag kainan
Sumala sa oras, kami'y hindi naman
Noong Second World War, hinuli ng Hapon
Ang aming ama at saka ikinulong
Tumingin sa amin habang wala siya
Ay ang aming ina at wala nang iba
[...] Read more
poem by Pacific Hernandez
Added by Poetry Lover
Comment! | Vote! | Copy!
See more quotes about war
Menatap lurus matamu (Indonesian)
lalu belajar mengerti dari awal,
membaca kembali ejaan yang tak pernah kau berikan,
karena sebagaimana pengertian dari awalnya
bermula dari keterpaksaan,
penderitaan yang dijalani,
akar tunjang yang membelit tumbuh
di pokok batangnya,
rumput yang tumbuh
di segala musim,
kerelaan yang tumbuh
dari bola matamu,
memperkaitkan sepi pada pengertian,
alam benda-benda yang ada di kerajaan hati,
entah berapa kali aku mengemis padamu,
jangan buatkan sarang laba-laba yang menjebakku,
jadi magsamu,
terpikat masuk ke bola matamu,
terjebak sukma ruhmu,
melewati aliran nadi,
memenuhi hasrat,
pelajaran apalagi ini?
bermula dari kekosongan mengisi setiap rongga jiwa,
penderitaan adalah awal persetubuhan,
persetubuhan yang akan menjadi puing-puing
kenangan dalam matamu,
hendakkah kau buang,
bagi matamu yang penyair,
barangkali akan tinggalkan sebagai kata,
yang kembali dieja dengan apa saja judul puisimu,
tetapi tetap saja persetubuhan kita tak kekal,
hanya kekal dalam matamu dan mataku,
suatu kali kita bangun kerajaan dalam semalam,
aku puaskan membangunkan pualam istana,
cuma dalam matamu,
setelah kekeringan yang punah,
dibakar, apalagi ini?
lalu belajar mengerti kembali…..
(2001)
poem by Imam Setiaji Ronoatmojo
Added by Poetry Lover
Comment! | Vote! | Copy!
Jangan maksa
Jangan maksa cuma keinginan kita
Kalau kamu juga tidak mau dipaksa-paksa
Jangan maksa bersikap ceria
Kalau sedang tak ingin tertawa
Jangan maksa ngebut di jalan raya
Kalau nantinya malah celaka
Jangan maksa kelihatan kaya
Kalau hanya untuk gaya
Jangan maksa apa pun juga
Karena hasilnya pasti sia-sia
Jangan maksa tentang rasa suka
Karena cinta datang dengan rela
Jangan maksa tetap menderita
Karena hati bisa lebih keras dari baja
Jangan maksa tapi tanpa usaha
Karena keberuntungan bukan cara
Jangan maksa semua harus sempurna
Yang penting bermakna dan berguna
Jangan maksa anak-anak cepat dewasa
Biarkan mereka tumbuh apa adanya
Jangan maksa merasa punya kuasa
Tetap bersama saja sudah luar biasa
Jangan maksa menjadi serupa
Berbeda bukan hal yang hina
poem by Maria Sudibyo
Added by Poetry Lover
Comment! | Vote! | Copy!
O'Toole And McSharry
In the valley of the Lachlan, where the perfume from the pines
Fills the glowing summer air like incense spreading;
Where the silent flowing river like a bar of silver shines
When the winter moon it pallid beams is shedding;
In a hut on a selection, near a still and silent pool,
Lived two mates, who used to shear and fence and carry;
The one was known near and far as Dandy Dan O'Toole
And the other as Cornelius McSharry.
And they'd share each other's blankets, and each other's horses ride,
And go off together shearing in the summer;
They would canter on from sunrise to the gloaming, side by side,
While McSharry rode the Barb and Dan the Drummer.
And the boys along the Lachlan recognised it as a rule
From Eugowra to the plains of Wanandarry,
That if ever love was stronger than McSharry's for O'Toole
'Twas the love O'Toole extended to McSharry.
And their love might have continued and been constant to the end
And they might have still been affable and jolly,
But they halted at a shanty where the river takes a bend,
And were waited on by Doolan's daughter, Polly.
Now, this pretty Polly Doolan was so natty, neat and cool
And so pleasant that they both agreed to tarry,
For she winked her dexter eyelid at susceptible O'Toole,
While she slyly winked the other — at McSharry.
So they drank her health in bumpers till the rising of the moon,
And she had them both in bondage so completely
That each time they talked of going she said, "Must you go so soon?"
And they couldn't go, she smiled at them so sweetly.
Dan O'Toole grew sentimental and McSharry played the fool,
Though they each had sworn an oath they'd never marry,
Yet the self-same dart from Cupid's bow that vanquished Dan O'Toole
Had gone through the heart of honest Con McSharry.
Then McSharry thought if Dandy Dan got drunk and went to bed,
He (McSharry) could indulge his little folly,
And Dan thought if McSharry once in drunken sleep lay spread,
He could have a little flirt with pretty Polly;
So they kept the bottle going till they both were pretty full,
And yet each rival seemed inclined to tarry;
The precise amount of pain-killer it took to fill O'Toole,
Was required to close the optics of McSharry.
So the rivals lost their tempers and they called each other names
And disturbed the Doolan children from their pillows,
And when Doolan came and told them that he wouldn't have such games,
They must go and fight it out beneath the willows.
So they went beneath the willows, near a deep and shady pool,
[...] Read more
poem by Thomas E. Spencer
Added by Poetry Lover
Comment! | Vote! | Copy!
See more quotes about poverty, quotes about pain, quotes about promises, quotes about summer, quotes about love, quotes about peace, or quotes about Moon
Sang Pujaan
Dia terus saja memandangmu
Gadis yang melihat dari atas jendela
Dan gadis yang berpapasan di jalan
Dia jelas-jelas mengagumimu
Gadis pembuat kue
Dan gadis anak penjahit
Tapi mungkin kau tak menyadarinya
Hatimu begitu dingin dan acuh
Dia pasti mengincarmu
Gadis putri tuan tanah
Dan gadis penyanyi bar itu
Dia juga diam-diam mencintaimu
Gadis pemalu yang tak sanggup memandangmu
Dan gadis sahabat yang ada di dekatmu
Tapi mungkin kau tak peduli
Hatimu sangat dingin dan tak tersentuh
Siapakah dia yang akan kau ajak ke pesta?
Siapakah dia yang akan kau ajak berdansa?
Gadis yang cantikkah atau biasa saja
Siapakah dia yang akan kau pilih?
Siapakah dia yang mencuri perhatianmu?
Gadis yang ceriakah atau gadis yang lembut
Seisi kota begitu ingin tahu tentangmu
Tapi kau masih saja berjalan dengan santai
Mengapa kau begitu mempesona setiap gadis?
Mengapa tak kau pilih salah satu saja?
Gadis yang kau kenal baik atau gadis yang dijodohkan
Berilah kesempatan pada para gadis untuk mendapatkanmu
Juga beri kesempatan para pria untuk mendapat gadis
Bila tak juga mencari seisi kota akan menjadi gila
Dia yang mencintaimu akan menyelamatkanmu
Dia yang kau cintai akan menyelamatkan kami semua!
poem by Maria Sudibyo
Added by Poetry Lover
Comment! | Vote! | Copy!
Con Voi
Mia cara, voglio farvi sapere
Qualcosa che è molto importante per me,
E qualcosa che può essere
Molto importante per lei,
Se apprezzi il mio amore solo
Come valore di tuo.
Mia cara, sono stato con voi per
Come posso ricordare.
Mi ricordo quando eravamo bambini,
E i nostri genitori erano vicini,
E siamo stati vicini, come pure,
Naturalmente
E i nostri genitori sarebbero pianificare 'gioco-date'
Come chiamati li allora e ancora adesso,
E c'era molto di più ad esso.
Si, tua sorella e tuo fratello sarebbe venuto sopra,
E potrebbe appendere fuori con mio fratello, mia sorella e me.
Ricordo che pensavo che le ragazze erano lorde,
E voi, vorrei evitare
E hai pensato che avevo una malattia,
Così sarebbe evitare me, troppo.
Ma, dopo un paio di settimane,
Siamo diventati amici,
[...] Read more
poem by James Roberts
Added by Poetry Lover
Comment! | Vote! | Copy!
See more quotes about rap, quotes about Bugs Bunny, quotes about Friedrich Nietzsche, quotes about music, quotes about Walt Disney, quotes about William Shakespeare, quotes about journalism, quotes about science-fiction, or quotes about parks
Pantun - se bentuk cincin cari bahagia (translated to English)
se bentuk cincin cari bahagia
suami isteri menyarungi kasih
di tasik menyinar bunga seroja
menempuh hidup secara bersih
with a ring i try to find love
the husband and wife are bound by love
the lake shines with many lotuses
living life in a very clean way
sebentuk cincin cari bahagia
suami dan isteri menyarungi kasih
tasik di penuhi bunga seroja
kerjakan impian secara bersih
poem by John Tiong Chunghoo
Added by Poetry Lover
Comment! | Vote! | Copy!